.... Bismillahirrohmanirrohim ....

" Katakanlah, jika bapa-bapa kamu, anak-anak kamu, saudara-saudara kamu, isteri-isteri kamu, keluarga kamu, harta yang kamu usahakan dan perdagangan yang kamu khuatirkan serta tempat tinggal yang kamu suka itu lebih kamu cintai daripada Allah dan RasulNya dan jihad di jalanNya, maka tunggulah sampai datang keputusanNya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kamu yang fasik." (At-Taubah:24)

Tuesday, February 23, 2010

Seketul Daging!

Bismillahirrohmanirrohim.....

Kian menjalar kepedihan ini, tika mentari mulai menampakkan diri, akur dengan amanah Sang Pencipta padanya. Kitaran siang dan malam yang silih berganti kadang-kadang membuatkan kita terleka dan terlena dengan hamparan permaidani berkarpet merah ciptaan Ilahi. Hidup di bumi Tuhan dengan penuh megah, acap kali kita tersentak dengan ujian, kala itulah kita mulai menyalahkan takdir, tanpa melihatnya sebagai peringatan daripada pemilik semesta alam. Saat ujian itu singgah di jendela kehidupan kita, jarang sekali kita meletakkan keredhaan membatasi rungutan. Kita mulai mencari tempat untuk dikongsi akan kesulitan ini pada sesama makhluk, bukan sujud menadah pertolongan pada 'pemberi ujian' itu.

Saat hiba menyelubungi jasad, terpaku dan terkesima kala terbaca kalam Tuhan yang terlebih dahulu menyingkap tabir hati dari terbias dek bisikan iblis yang cuba memesongkan hati-hati ini ketika kita memerlukan tempat bersandar.

"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Dia mendapat (pahala) dari (kebajikan) yang dikerjakannya dan dia mendapat (siksa) dari kejahatan yang diperbuatnya." [2:286]

Subhanallah! Cukup hebat janji Ilahi pada hamba-hambaNya. Kalam-kalam suciNya sentiasa membimbing kita buat hati-hati yang bermuhasabah dengan renungan iman. Umumnya kita bergelak tawa dengan kenikmatan dari Allah, namun dalam sekelip mata saat Allah menarik sedikit nikmat itu daripada kita sebagai peringatan kasih Sang Pencipta buat hambaNya, kita mulai goyah. Goyah dalam angan-angan, tersungkur dalam persendaan. Mudah sungguh kita memungkiri janji yang diikat saat roh ditiup ketika kita berada dalam rahim si ibu. Kita mengakui kita beriman padaNya, tapi kita tidak sanggup di uji? Apakah iman itu terletak atas anganan kosong, yang sering meminta Allah memberikan kesenangan yang berpanjangan, tanpa mahu diuji keteguhan hati ini? Cukup senang barangkali tanggapan kita pada sebuah kehidupan seorang khalifah.

Mengapa mudah benar kita melupai akan janji kita kepada Pencipta, sedangkan janji pada si makhluk yang diaturkan oleh Sang Pencipta itu sukar untuk kita remehkan? Kita merasakan sudah cukup kita memperhambakan diri pada Tuhan, cukupkah hanya dengan menunaikan solat 5 kali sehari, berpuasa sebulan di bulan Ramadhan, kita sudah merasa megah dengan amalan yang dilakukan atas dasar tugas seorang hamba kepada Tuhannya? Walhal kita bergerak atas sebab takutkan bahang neraka Tuhan dan bersandarkan atas prinsip hidup ini bertuhan. Lupa dan leka.... Itulah kita... Hati-hati yang dikatakan tunduk patuh pada Pencipta, yang mengembara di bumi ini dengan seketul daging milik Ilahi! Akurlah wahai pemilik hati akan pengembaraan yang memerlukan penghijrahan ini kerana suatu saat pasti kita akan menemui jalan pengakhiran, sebuah kematian. Buka minda, celik iman!

Monday, February 22, 2010

Bermulanya Sebuah Pelayaran

Bismillahirrohmanirrohim,,,,,

Biarpun catatan sulung ini baru mula bertatih, namun perjalanan ini sudah sekian lama mendahului. Semakin kita melangkah, semakin kita mengenal erti sebuah kehidupan. Benarkah? Sejenak memikirkan kalam suci Tuhan dari surah Al-Baqarah:

" Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, " Aku hendak menjadikan khalifah di bumi." Mereka berkata, " Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merosak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memujiMu dan menyucikan namaMu?" Dia berfirman, " Sungguh, Aku Mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." (2:30)

Hati ini mula tertunduk malu pada Sang Pencipta, begitu besar amanah yang dipikul sebagai utusanNya di bumi ini. Namun, berapa banyakkah di antara kita yang benar-benar bertanggungjawab atas amanah Tuhan ini? Kita gemar bermain dengan rencah kehidupan, bersama menari-nari riang seiring dengan dunia globalisasi, dunia tanpa sempadan. Sempadan sebagai seorang khalifah mulai tidak berjurang, tapi, siapa kisah? Asalkan kita menjadi bangsa yang bermaruah dengan terus-terusan mengagungkan kehebatan Barat, biarlah agama tergadai kerana kita tetap mampu berdiri di bumi Sang Pencipta tanpa bayaran. Tanpa rasa malu, kita mengakui, " Aku Islam, ibu bapaku Islam, keluargaku Islam... Aku bersyukur dilahirkan sebagai Islam... Tapi, apa yang ku lakukan untuk Islam???" Tepuk dada, tanya iman. Di mana letaknya Islam kita?